PENELITIAN
TINDAKAAN KELAS
MODEL
PEMBELAJARAN MAKE A MATCH
TUGAS
MAKALAH

OLEH :
TRI
MARDI JAYA PUTRA
2010/55365
Program
Studi Pendidikan Teknik Bangunan
JURUSAN
TEKNIK SIPIL
FAKULTAS
TEKNIK
UNIVERSITAS
NEGERI PADANG
2013
PENELITIAN
TINDAKAN KELAS (PTK)
MODEL
PEMBELAJARAN MAKE A MATCH
A. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) adalah penelitian tindakan yang dilakukan oleh guru dengan
tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelasnya. PTK
berfokus pada proses belajar-mengajar yang terjadi di kelas, dilakukan
pada situasi alami. Penelitian ini dilakukan di dalam
kelas dengan melakukan PTK guna memperbaiki pembelajaran pada kelas dan meningkatkan
proses belajar mengajar siswa pada kelas tertentu. Namun tidak semua kelas yang
hendak di lakukan PTK, seperti
halnya tadi hanya kelas-kelas tertentu, misal kelas yang dianggap bermasalah atau
poses belajar mengajar kelas tersebut tidak optimal atau yang lainnya.
Oleh karena tujuan PTK
adalah memperbaiki mutu pembelajaran, maka kegiatan yang dilakukan haruslah
berupa tindakan yang diyakini lebih baik dari kegiatan-kegiatan yang biasa
dilakukan. Dengan kata lain, tindakan yang diberikan kepada siswa harus
terlihat kreatif dan inovatif.
Dalam Penelitian Tindakan Kelas ada beberapa unsur yang terkandung di
dalamnya yang sangat khas yaitu:
1.
PTK di laksanakan oleh pendidik
yaitu guru/pengajar, apa bila dalam kelas tersebut terdapat masalah.
- PTK (Penelitian Tindakan Kelas) dilakukan bahwa memang benar masalah yang di hadapi
oleh guru pada kelas tersebut.
- PTK memang harus diadakan karena masih banyak proses
pembelajaran yang harus dimaksimalkan oleh pendidik/guru.
Hal yang khusus pada tindakan tersebut adalah adanya hal yang
berbeda dari yang biasa dilakukan guru dalam praktik pembelajaran sebelumnya,
karena yang sudah dilakukan dipandang belum memberikan hasil yang
memuaskan.
Untuk mengetahui keberhasilan tindakan tersebut maka harus
dilakukan secara berulang-ulang, agar diperoleh keyakinan akan keampuhan dari
tindakan. Jika dibandingkan dengan eksperimen adalah demikian. Eksperimen
melihat bagaimana efektivitas perlakukan, sedangkan PTK melihat keterlaksanaan
dan kelancaran proses tindakan. Oleh karena itu yang dipentingkan dalam PTK
adalah proses, sedangkan hasil tindakan merupakan konsekuensi logis dari
ampuhnya tindakan. Pengulangan langkah dari setiap awal sampai akhir seperti
itu disebut siklus. Untuk KTI guru, PTK sedikitnya dilaksanakan dua
siklus.
B. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tindakan Kalas
Tujuan utama PTK adalah untuk memecahkan
permasalahan nyata yang terjadi di dalam kelas sekaligus mencari jawaban ilmiah
mengapa hal tersebut dapat dipecahkan melalui tindakan yang akan dilakukan. PTK
juga bertujuan untuk meningkatkan kegiatan nyata guru dalam pengembangan
profesinya. Tujuan khusus PTK adalah untuk mengatasi berbagai persoalan nyata
guna memperbaiki atau meningkatkan kualitas proses pembelajaran di kelas.
Secara lebih rinci tujuan PTK antara lain:
a.
Meningkatkan
mutu isi, masukan, proses, dan hasil pendidikan dan pembelajaran di sekolah.
- Membantu guru dan tenaga
kependidikan lainnya dalam mengatasi masalah pembelajaran dan pendidikan
di dalam dan luar kelas.
- Meningkatkan sikap profesional pendidik dan tenaga
kependidikan.
- Menumbuh-kembangkan budaya akademik di lingkungan
sekolah sehingga tercipta sikap proaktif di dalam melakukan perbaikan mutu
pendidikan/pembelajaran secara berkelanjutan.
Dengan demikian output atau hasil yang diharapkan melalui
PTK adalah peningkatan atau perbaikan kualitas proses dan hasil pembelajaran. Dengan memperhatikan tujuan dan hasil yang
dapat dicapai melalui PTK, terdapat sejumlah manfaat PTK antara lain sebagai
berikut:
a.
Menghasilkan
laporan-laporan PTK yang dapat dijadikan bahan panduan bagi para pendidik
(guru) untuk meningkatkan kulitas pembelajaran. Selain itu hasil-hasil PTK yang
dilaporkan dapat dijadikan sebagai bahan artikel ilmiah atau makalah untuk
berbagai kepentingan antara lain disajikan dalam forum ilmiah.
b.
Menumbuhkembangkan
kebiasaan, budaya, dan atau tradisi meneliti dan menulis artikel ilmiah di
kalangan pendidik. Hal
ini ikut mendukung professionalisme dan karir pendidik.
c.
Mewujudkan
kerja sama, kaloborasi, dan atau sinergi antarpendidik dalam satu sekolah atau
beberapa sekolah untuk bersama-sama memecahkan masalah dalam pembelajaran dan
meningkatkan mutu pembelajaran.
d.
Meningkatkan kemampuan pendidik dalam upaya
menjabarkan kurikulum atau program pembelajaran sesuai dengan tuntutan dan konteks
lokal, sekolah, dan kelas.
e.
Memupuk
dan meningkatkan keterlibatan, kegairahan, ketertarikan, kenyamanan, dan
kesenangan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas. Di samping itu,
hasil belajar siswa pun dapat meningkat.
f.
Mendorong
terwujudnya proses pembelajaran yang menarik, menantang, nyaman, menyenangkan,
serta melibatkan siswa karena strategi, metode, teknik, dan atau media yang
digunakan dalam pembelajaran demikian bervariasi dan dipilih secara
sungguh-sungguh.
C. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas
PTK merupakan bentuk penelitian tindakan yang
diterapkan dalam aktivitas pembelajaran di kelas. Ciri khusus PTK adalah adanya
tindakan nyata yang dilakukan sebagai bagian dari kegiatan penelitian dalam
rangka memecahkan masalah pembelajaran di kelas.
Terdapat sejumlah karakteristik yang merupakan
keunikan PTK dibandingkan dengan penelitian pada umumnya, antara lain
sebagai berikut:
- PTK merupakan kegiatan yang berupaya memecahkan masalah
pembelajaran, dengan dukungan ilmiah.
- PTK merupakan bagian penting upaya pengembangan profesi
guru melalui aktivitas berpikir kritis dan sistematis serta membelajarkan
guru untuk menulis dan membuat catatan.
- Persoalahan yang dipermasalahkan dalam PTK berasal dari
adanya permasalahan nyata dan aktual (yang terjadi saat ini) dalam
pembelajaran di kelas.
- PTK dimulai dari permasalahan yang sederhana, nyata,
jelas, dan tajam mengenai hal-hal yang terjadi di dalam kelas.
- Adanya kolaborasi (kerjasama) antara praktisi (guru dan
kepala sekolah) dengan peneliti dalam hal pemahaman, kesepakatan tentang
permasalahan, pengambilan keputusan yang akhirnya melahirkan kesamaan
tentang tindakan (action) .
Kolaborasi (kerjasama) antara praktisi (guru)
dan peneliti (dosen atau widyaiswara) merupakan salah satu ciri khas PTK.
Melalui kolaborasi ini mereka bersama menggali dengan mengkaji permasalahan
nyata yang dihadapi oleh guru dan atau siswa. Sebagai penelitian yang bersifat
kolaboratif, harus secara jelas diketahui peranan dan tugas guru dengan
peneliti. Dalam PTK kolaboratif, kedudukan peneliti setara dengan guru, dalam
arti masing-masing mempunyai peran serta tanggung jawab yang saling membutuhkan
dan saling melengkapi. Peran kolaborasi turut menentukan keberhasilan PTK
terutama pada kegiatan mendiagnosis masalah, merencanakan tindakan,
melaksanakan penelitian (tindakan, observasi, merekam data, evaluasi, dan
refleksi), menganalisis data, menyeminarkan hasil, dan menyusun laporan
hasil.
Sering terjadi PTK dilaksanakan sendiri oleh
guru. Guru melakukan PTK tanpa kerjasama dengan peneliti. Dalam hal ini guru
berperan sebagai peneliti sekaligus sebagai praktisi pembelajaran. Guru
profesional seharusnya mampu mengajar sekaligus meneliti. Dalam keadaan seperti
ini, maka guru melakukan pengamatan terhadap diri sendiri ketika sedang
melakukan tindakan (Suharsimi, 2002). Untuk itu guru harus mampu melakukan
pengamatan diri secara obyektif agar kelemahan yang terjadi dapat terlihat
dengan wajar.
Melalui PTK, guru sebagai peneliti dapat:
a.
Mengkaji/
meneliti sendiri praktik pembelajarannya
b.
Melakukan
PTK dengan tanpa mengganggu tugasnya
c.
Mengkaji
permasalahan yang dialami dan yang sangat dipahami
d.
Melakukan
kegiatan guna mengembangkan profesionalismenya.
Dalam praktiknya, boleh saja guru melakukan PTK
tanpa kolaborasi dengan peneliti. Akan tetapi, perlu diperhatikan bahwa PTK
yang dilakukan oleh guru tanpa kolaborasi dengan peneliti mempunyai kelemahan
karena para praktisi umumnya (dalam hal ini adalah guru) kurang akrab dengan
teknik-teknik dasar penelitian. Di samping itu, guru pada umumnya tidak
memiliki waktu untuk melakukan penelitian sehubungan dengan padatnya kegiatan
pengajaran yang dilakukan. Akibatnya, hasil PTK menjadi kurang memenuhi
kriteria validitas metodologi ilmiah. Dalam konteks kegiatan pengawasan
sekolah, seorang pengawas sekolah dapat berperan sebagai kolaborator bagi guru
dalam melaksanakan PTK.
D. Model pembelajaran
Guru
dalam melaksanakan pembelajaran sering hanya menggunakan satu metode saja yaitu
ceramah atau dalam pembelajarannya tidak menggunakan alat peraga sehingga
pembelajaran yang dilaksanakan tidak menarik minat siswa untuk belajar, karena
pembelajaran tersebut tidak memberi kesempatan bagi siswa untuk aktif.
Di dalam
perkembangan pembelajaran sekarang ini, banyak model pembelajaran yang memberi
kesempatan kepada siswa untuk aktif sehingga siswa tertarik dan tidak merasa
bosan. salah satu model pembelajaran tersebut adalah model pembelajaran
kooperatif tipe make a match.
v Make A Match
1. Pengertian Make A Match
Make a
Match dikembangkan oleh Lorna Current
(1994). Make A Match
atau mencari pasangan merupakan salah satu alternatif yang dapat diterapkan kepada siswa. Penerapan metode ini dimulai dari teknik yaitu siswa disuruh
mencar pasangan
kartu yang merupakan jawaban/soal
sebelum batas waktunya,
siswa yang dapat mencocokkan kartunya diberi poin.
Agus Suprijono (2010:95) menyebutkan bahwa “hal-hal yang perlu dipersiapkan
jika pembelajaran dikembangkan dengan Make A Match adalah
kartu-kartu”. Kartu-kartu tersebut terdiri dari kartu berisi pertanyaan-pertanyaan
dan kartu-kartu lainnya
berisi jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut. Langkah berikutnya adalah guru membagi komunitas kelas menjadi 3 kelompok. Kelompok pertama merupakan
kelompok pembawa kartu-kartu
berisi pertanyaan-pertanyaan.
Kelompok kedua adalah kelompok pembawa kartu berisi
jawaban-jawaban. Kelompok
ketiga adalah kelompok penilai. Aturlah posisi kelompok-kelompok
pertama dan kedua berjajar saling
berhadapan. Jika masing-masing
kelompok sudah berada di posisi yang telah ditentukan, maka guru
membunyikan peluit sebagai tanda
agar kelompok pertama maupun kelompok kedua saling bergerak mereka bertemu, mencari
pasangan pertanyaan-jawaban yang cocok. Berilah kesempatan kepada mereka untuk
berdiskusi. Ketika mereka
berdiskusi alangkah baiknya jika ada musik instrumentalia yang lembut mengiringi aktivitas belajar mereka. Hasil diskusi ditandai oleh
pasangan-pasangan antara anggota
kelompok pembawa kartu pertanyaan dan anggota kelompok pembawa kartu jawaban.
Pasangan-pasangan yang sudah terbentuk wajib menunjukkan pertanyaan-jawaban kepada kelompok penilai. Kelompok ini kemudian membaca apakah
pasangan pertanyaan-jawaban itu cocok. Setelah penilaian dilakukan, aturlah
sedemikian rupa kelompok pertama dan kelompok kedua bersatu kemudian memposisikan dirinya
menjadi kelompok penilai. Sementara, kelompok penilai
pada sesi pertama tersebut di
atas dipecah menjadi dua, sebagian anggota memegang kartu pertanyaan sebagian lainnya memegang kartu jawaban. Posisi mereka dalam bentuk U. Guru
kembali membunyikan peluitnya menandai kelompok pemegang kartu pertanyaan dan jawaban
bergerak untuk mencari, mencocokkan, dan mendiskusikan pertanyaan-jawaban. Berikutnya
adalah masing-masing pasangan pertanyaan-jawaban menunjukkan hasil kerjanya
kepada penilai. Perlu diketahui bahwa tidak semua peserta didik baik yang
berperan sebagai pemegang kartu pertanyaan, pemegang kartu jawaban, maupun penilai
mengetahui dan memahami secara pasti apakah betul kartu pertanyaan-jawaban yang
mereka pasangkan sudah cocok. Demikian hanya bagi peserta didik kelompok
penilai. Mereka juga belum mengetahui pasti apakah penilaian mereka benar atas
pasangan pertanyaan-jawaban. Berdasarkan
kondisi inilah guru memfasilitasi diskusi untuk memberikan kesempatan kepada
seluruh peserta didik mengonfirmasikan hal-hal yang mereka telah lakukan yaitu memasangkan
pertanyaan-jawaban dan melaksanakan penilaian.
2. Kedudukan
Make A Match
dalam Pembelajaran
Menurut Gagne (dalam Agus, 2009:2) menyebutkan “belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang
dicapai seseorang melalui
aktivitas”. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara alamiah. Belajar adalah proses perubahan
tingkah laku individu sebagai
hasil dari pengalamannya dalam
berinteraksi dengan lingkungan.
Belajar bukan hanya sekedar menghapal, melainkan suatu proses mental yang terjadi dalam diri
seseorang. Pembelajaran pada hakikatnya
merupakan suatu proses interaksi
antara guru dengan siswa, baik interaksi secara langsung, yaitu
dengan menggunakan berbagai media pembelajaran. Didasari oleh adanya perbedaan interaksi tersebut, maka kegiatan pembelajaran
dapat dilakukan dengan menggunakan
berbagai pola pembelajaran.
Menurut Barry morris (dalam Rusman, 2010:141) mengklasifikasikan empat
pola pembelajaran yang digambarkan dalam bentuk bagan sebagai berikut:
1)
Pola
Pembelajaran Tradisional 1
![]() |
2)
Pola
Pembelajaran Tradisional 2
![]() |
3)
Pola
Pembelajaran Guru dan Media
![]() |
4)
Pola
Pembelajaran Bermedia
![]() |
Gambar 2.1
Pola Pembelajaran
Berdasarkan uraian di atas maka pembelajaran dengan menggunakan
model Make A Match termasuk kedalam pola pembelajaran yang ke-3 yakni
Pola pembelajaran Guru dan
Media, karena dalam pelaksanaan pembelajarannya mata pelajaran TIK tidak dapat dipisahkan
dari media, terutama komputer
untuk pembelajaran praktek di
laboratorium. Selain itu
diperlukan infocus dan media pendukung
lainya dalam proses
pembelajarannya secara berkelanjutan.
3. Langkah-Langkah Penerapan Pembelajaran Kooperatif Make A Match
Anita Lie (2008:55), langkah-langkah penerapan pembelajaran kooperatif Make A Match:
a.
Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi
beberapa konsep atau topik, kartu tersebut terdiri dari dua bagian yang satu
berisi soal, dan yang kedua berisi jawaban.
b.
Guru membagi siswa kedalam tiga kelompok. Kelompok
pertama memegang pertanyaan, kelompok
kedua memegang jawaban, dan kelompok yang ketiga yaitu sebagai penilai.
c.
Guru menentukan kelompok yang memegang soal dan
kelompok yang memegang jawaban, serta
kelompok yang dijadikan sebagai penilai.
d.
Setiap siswa dari masing-masing kelompok
mendapat satu buah kartu soal untuk
kelompok yang memegang soal, dan satu buah kartu jawaban untuk kelompok yang memegang jawaban.
e.
Setiap siswa memikirkan jawaban/soal dari
kartu yang dipegang .
f.
Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai
kartu yang cocok dengan kartunya (soal jawaban).
g.
Setiap siswa yang sudah mendapatkan soal/jawaban,
diharapkan memperlihatkan
pertanyaan-jawabannya kepada kelompok penilai.
h.
Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar
tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari yang sebelumnya.
i.
Setelah selesai tahap itu, guru menyebutkan kembali pembahasan yang ada dalam
pertanyaan-jawaban.
4. Kelebihan dan Kekurangan dari Model Make A Match
Ilham (2008) Kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match, yaitu sebagai berikut:
a.
Kelebihan:
1)
Mampu menciptakan suasana belajar aktif dan
menyenangkan.
2)
Materi pembelajaran yang disampaikan lebih
menarik perhatian siswa.
3)
Mampu meningkatkan hasil belajar siswa mencapai
taraf ketuntasan belajar secara klasikal 87,50%.
b.
Kekurangan:
1)
Diperlukan bimbingan dari guru untuk
melakukan kegiatan.
2)
Waktu yang tersedia perlu dibatasi jangan
sampai siswa terlalu banyak bermain-main dalam proses pembelajaran.
3)
Guru perlu persiapan bahan dan alat yang
memadai.
Berdasarkan kegiatan proses belajar mengajar, siswa nampak lebih aktif mencari pasangan kartu antara jawaban
dan soal. Dengan metode
pencarian kartu ini siswa dapat mengidentifikasi permasalahan yang terdapat di dalam kartu yang ditemukannya dan menceritakannya dengan
sederhana dan jelas
secara bersama-sama.
Pada saat guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi konsep/topik tentang mencari pikiran utama dan pikiran
penjelas dalam wacana untuk
sesi review (satu sisi berupa kartu soal dan sisi sebaliknya berupa kartu jawaban).
Setelah guru
memerintahkan siswa untuk
mengambil kartu tampak sebagian besar siswa bersemangat dan termotivasi untuk menarik satu kartu soal. Setelah siswa mendapatkan
kartu soal, masing-masing tampak memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang
dipegang. Kelompok dengan
pasangannya ingin saling mendahului
untuk mencari pasangan dan mencocokkan dengan kartu (kartu soal atau kartu jawaban) yang dimilikinya. Di
sinilah terjadi interaksi antar
kelompok dan interaksi antar siswa di dalam kelompok untuk membahas kembali soaldan jawaban. Guru membimbing siswa untuk
mendiskusikan hasil pencarian pasangan kartu yang sudah dicocokkan oleh siswa. Pada penerapan metode Make A Match, penulis memperoleh beberapa temuan bahwa metode
Make A Match dapat memupuk kerjasama siswa dalam
menjawab pertanyaan dengan
mencocokkan kartu yang yang ada di tangan mereka, proses pembelajaran lebih menarik dan
nampak sebagian besar siswa
lebih antusias mengikuti proses pembelajaran, dan keaktifan siswa tampak sekali pada
saat siswa mencari pasangan kartunya masing-masing. Hal ini merupakan suatu ciri dari pembelajaran kooperatif seperti yang
dikemukan oleh Lie (2002:30)
bahwa, “Pembelajaran kooperatif ialah pembelajaran yang menitikberatkan pada gotong
royong dan kerja sama kelompok”.
Kegiatan yang dilakukan guru ini merupakan upaya guru untuk
menarik perhatian sehingga pada akhirnya dapat menciptakan keaktifan dan motivasi siswa dalam diskusi. Hal
ini sejalan dengan pendapat Hamalik
(1994:116), “Motivasi yang kuat erat hubungannya dengan peningkatan keaktifan
siswa yang dapat dilakukan dengan strategi pembelajaran tertentu, dan motivasi
belajar dapat ditujukan ke arah kegiatan-kegiatan kreatif. Apabila motivasi
yang dimiliki oleh siswa diberi berbagai tantangan, akan tumbuh kegiatan kreatif.”
Selanjutnya, penerapan metode Make A Match dapat membangkitkan
keingintahuan dan kerja sama di antara siswa serta mampu menciptakan kondisi
yang menyenangkan. Hal ini sesuai dengan
tuntutan dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) bahwa pelaksanaan
proses pembelajaran mengikuti standar kompetensi, yaitu: berpusat pada siswa; mengembangkan
keingintahunan dan imajinasi; memiliki
semangat mandiri, bekerja sama, dan kompetensi; menciptakan kondisi yang
menyenangkan; mengembangkan beragam kemampuan dan pengalaman belajar; karakteristik mata
pelajaran. (Ilham:2008)
BetMGM casino bonus codes 2021 - DRMCD
BalasHapusBest casinos 당진 출장안마 with the BetMGM casino bonus codes 2021. the following bonus 경상북도 출장샵 codes 전주 출장안마 for new players: Casino Chip; Casino 하남 출장마사지 Lucky 7. 양산 출장안마